The Day I Fall In LOVE
[/b][/color]
Lee Hyun Soo (27 years old)
[/b]
Dia satu-satunya putra tunggal yang menjadi tumpuan harapan keluarganya untuk meneruskan nama keluarga. Tapi si tampan ini memiliki ‘kesibukannya’ sendiri. Dia adalah lelaki muda yang enggan terikat dalam suatu lembaga yang mengharuskannya setia pada satu orang wanita saja. Tapi takdir memang tidak bisa diprediksi dan dilawan, sang dewa cinta akhirnya harus mengakui kekuatan pesona seorang dewi yang pada awalnya tidak terpikirkan akan bisa membuatnya bertekuk lutut.
Goo Hee Young (18 years old)
[/b]
Putri pertama keluarga Goo ini memiliki sifat ceria dan murah hati. Dia adalah cahaya mata kedua orangtuanya dan kebahagiaan bagi adik laki-lakinya. Namun keceriaan hidupnya harus berlalu saat takdir mengantarkannya ke dalam sebuah peristiwa yang mengharuskannya mengambil keputusan terberani yang pernah diputuskannya dalam hidupnya yang masih belia.
Other Casts :
Choi Jung Woo as Lee Hyun Shik (Hyun Soo's father)
Shim Hye Jin as Kim Soo Yun (Hyun Soo's mother)
To Love a Woman
(Lionel Richie & Enrique Iglesias)
I don’t know how it is, but she drives me crazy
I don’t know what she does, but she drives me wild
If only she could let me be the man I wanna be
Well she can leave helpless as a child
I don’t know how it is but she has the power
She can make laugh when I wanna cry
She tells me that I’m in control but I know it’s just a lie
And I don’t mind
Will she love you tomorrow like she loves you today?
She can keep your heart guessing but she’s yours if she stays
And that it feels like
To love a woman…to love a woman
When you’re looking in her eyes you can see forever
You’re captured by the beauty of her soul
You know you’re never gonna find a woman like this again
So, don’t let go
Will she love you tomorrow like she loves you today?
She can keep your heart guessing but she’s yours if she stays
And that it feels like
To love a woman…to love a woman
She can make your day…she can take it away
And whether it’s wrong or right
You know it in the end, you’d do it all again
To love a woman…just to love a woman
she love you tomorrow like she loves you today?
She can keep your heart guessing but she’s yours if she stays
And that it feels like (3x)
To love a woman…to love a woman…yes, to love a woman
(I love the song so much…I can’t help it, but I always remember MinSun couple every time I listen to this song )
nama, tempat & alur cerita hanya khayalan penulis belaka, bila terdapat kesamaan…
MOHON MAAF LAHIR BATHIN, ya
Chap 1
[/color]
Lee Hyun Shik bergegas keluar dari mobil Cadillac silver yang membawanya pulang ke rumah, segera setelah supir pribadinya membukakan pintu mobil untuknya. Ekspresi wajahnya terlihat gusar, bahkan sepanjang perjalanan pulang ke rumah dari kantor, Hyun Shik tidak mengucapkan sepatah katapun pada sang supir pribadi, tidak seperti biasanya dimana dia selalu mengajak supirnya bercakap-cakap selama perjalanan. Sebuah kamera foto professional digenggamnya dengan erat di tangan sebelah kanan.
“Dimana istriku?” tanya Hyun Shik tegas kepada butler Nam, kepala pelayan di kediaman Lee, yang membukakan pintu rumah untuknya,
“Nyonya sekarang sedang berada di kebun mawar, tuan” jawab butler Nam penuh rasa hormat.
“Katakan padanya untuk menemuiku di ruang baca sekarang” ujar Hyun Shik sambil melangkah masuk ke dalam rumah, menuju ruang baca dimana dia akan membicarakan sesuatu dengan istrinya.
“Baik, tuan”
Segera setelah tuan besarnya pergi menuju ruang baca dan pintu depan sudah tertutup kembali, butler Nam yang efisien langsung mengerjakan perintah yang diberikan kepadanya.
...
Kim Soo Yun sedang memelihara pokok-pokok mawar yang masih muda ketika butler Nam datang ke kebun mawarnya dan menyampaikan berita tentang kedatangan suaminya dari kantor.
“Suamiku sudah pulang? Cepat sekali…biasanya dia pulang dari kantor satu jam lagi. Apakah dia terlihat sakit, butler Nam?” tanya Soo Yun cemas sambil menyerahkan gunting dan sarung tangan berkebunnya pada sang kepala pelayan.
“Tidak, nyonya. Tuan kelihatan sehat, beliau hanya mengatakan kalau beliau ingin menemui anda di ruang baca sekarang”
“Oh, syukurlah. Terima kasih, butler Nam. Oh ya, tolong katakan pada Pak Baek agar memindahkan pokok-pokok mawar yang sudah kubersihkan ini ke dalam tanah yang kemarin sudah digemburkannya”
“Baik, nyonya”
Soo Yun bergegas masuk ke dalam rumah dan langsung menuju ruang baca untuk menemui suaminya. Sepanjang perjalanannya, Soo Yun bertanya-tanya di dalam hati apa yang membuat suaminya pulang demikian cepat dari kantor…dan kemudian dia teringat akan sesuatu,
‘Oh, Tuhan…jangan-jangan…Hyun Soo…Ya, Tuhan…kumohon, jangan biarkan sesuatu terjadi pada putraku’ pinta Soo Yun di dalam hati.
Soo Yun sudah tiba di depan pintu ruang baca yang tertutup. Dengan perasaan gugup dan cemas, dibukanya daun pintu itu dan menemukan suaminya sedang duduk di sofa panjang dengan kepala yang disenderkan ke belakang dan kedua matanya terpejam, kacamata baca masih dipakainya. Soo Yun tambah semakin cemas melihat cara duduk suaminya itu…karena Hyun Shik terlihat sangat lelah dan tidak bersemangat.
“Ada apa, yeobo?” tanya Soo Yun ketika dia sudah sampai ke tempat suaminya duduk.
Hyun Shik membuka matanya perlahan, ketika dilihatnya sang istri sudah datang dan sekarang sedang berdiri di dekatnya, Hyun Shik memperbaiki sikap duduknya.
“Duduklah” pintanya, Soo Yun menurut dan duduk di sebelah kirinya.
“Kau pulang cepat hari ini, yeobo. Apakah kau sakit?” tanya Soo Yun sambil meletakkan telapak tangan kanannya di dahi Hyun Shik.
Hyun Shik menggeleng sambil tersenyum lemah, dibawanya telapak tangan istriya itu turun dan mengecupnya pelan. Soo Yun mengerutkan keningnya menatap senyuman tidak bersemangat itu, hatinya semakin mencelos menunggu berita apa yang akan disampaikan oleh suaminya itu.
Hyun Shik membalas pandangan istrinya itu dengan tatapan yang sama seperti dia menggerakkan bibirnya untuk tersenyum...sebuah tatapan yang lemah dan terlihat lelah. Namun, Soo Yun terpana ketika melihat ada kegusaran yang ikut terpancar dari tatapan Hyun Shik kepadanya.
“Ada yang ingin aku perlihatkan padamu”
“Apa itu?”
Hyun Shik tidak menyahut. Tubuhnya dicondongkan ke depan untuk mengambil kamera yang tadi dibawanya, dari atas meja kaca di hadapannya. Hyun Shik menyerahkan kamera itu pada Soo Yun yang menerimanya dengan bingung dan cemas.
“Apa maksudnya, yeobo? Apakah kau ingin aku melihat sesuatu di kamera ini?”
“Ya. Kau akan menemukannya di sana”
“Menemukan apa?”
“Cukup pencet tombol ‘on’ itu, kau akan segera mengetahuinya”
Setelah berkata seperti itu, Hyun Shik kembali ke posisi duduknya ketika pertama kali Soo Yun menemukannya, hanya saja kali ini kedua matanya tidak dipejamkan…Hyun Shik memandang langit-langit ruang baca itu tanpa mengalihkan perhatiannya pada Soo Yun yang mengikuti instruksinya barusan.
“Oh”
Seruan tertahan dari Soo Yun itu membuat bibir Hyun Shik kembali tersenyum, namun kali ini senyumannya terlihat sinis dan tidak enak dipandang mata.
“Kau sudah melihatnya, yeobo? Bagaimana menurutmu?” tanya Hyun Shik sambil tetap tersenyum sinis. Walaupun dia tidak melihat, namun Hyun Shik tahu kalau ekspresi yang ada di wajah istrinya adalah ekspresi terkejut dan tidak percaya.
“I…in…ini…apakah ini…?” Soo Yun tergagap, sementara kamera yang tadi dipegangnya, sekarang terlepas dan jatuh ke pangkuannya…kedua matanya menatap gambar yang ada di kamera itu dengan pandangan tidak percaya, ada kekecewaan juga…namun lebih banyak rasa tidak percaya yang mendominasi.
“Ya…itu gambar putra tunggal kita yang tercinta” jawab Hyun Shik sambil memperbaiki posisi duduknya lagi, setelah itu dia memungut kamera dari pangkuan istrinya, mematikan kamera itu dan meletakkannya lagi ke atas meja.
Soo Yun mengalihkan pandangannya ke wajah suaminya,
“Yeobo…benarkah itu Hyun Soo? Apakah kau yakin?”
“Aku yakin. Karena sekretaris Im dan selembar surat kaleng, yang mengatakannya”
“Surat kaleng? Surat kaleng apa?”
Hyun Shik kembali tidak menjawab. Kali ini dia bangkit dari tempat duduknya dan berjalan ke meja kerjanya, untuk mengambil sesuatu yang tersimpan di jas kerja yang disampirkan di sandaran kursi kerjanya. Setelah dia kembali, Hyun Shik menyorongkan selembar kertas yang diterima istrinya dengan tangan sedikit gemetar…dan ternyata isi surat itu cukup pendek,
'Tuan Lee yang terhormat, terima kasih atas sejumlah uang yang anda berikan sebagai imbalan atas kesediaan saya merahasiakan privasi putra anda yang tercinta. Percayalah, uang yang anda berikan akan saya gunakan dengan seefisien mungkin'
Soo Yun membaca surat kaleng pendek itu sebanyak dua kali, setelah itu kembali dia melayangkan pandangannya kembali pada suaminya.
“Ini…dari…?”
“Aku percaya surat itu datang dari orang yang memotret gambar itu. Surat itu sendiri aku terima dari supir pribadiku yang menerimanya dari seorang pelajar yang katanya dititipi surat itu”
“Dan kau langsung menerima surat itu begitu saja, yeobo?” tanya Soo Yun tidak percaya, mengingat suaminya adalah sosok yang sangat mengutamakan keamanan dan keselematan pribadinya.
“Sebelum dia menyerahkannya padaku, dia dan bodyguard yang mengawalku sudah memeriksakannya dengan menggunakan detektor. Setelah mereka yakin kalau surat itu aman, barulah surat itu diberikan kepadaku. Di sampulnya tertulis namaku sebagai penerimanya, dan kata ‘penting’ yang diketik dengan huruf besar yang dicetak tebal. Karena itulah, supir dan bodyguardku tidak berani membuang surat itu setelah mereka yakin kalau surat itu aman. Aku sendiri membacanya ketika aku sudah sampai di kantor”
“Lalu…bagaimana kau mendapatkan kamera ini?”
“Dari sekretaris Im”
“Sekretaris Im?”
“Ya, sekretaris Im mendapatkan kamera ini dari fotografer itu. Sebenarnya, para bodyguard Hyun Soo-lah yang pertama kali melihat seorang pria memotret Hyun Soo dan wanita itu, ketika mereka keluar dari klub sambil…ah, kau tahu apa maksudku, kau sudah menyaksikan apa yang mereka lakukan. Salah satu dari bodyguard Hyun Soo langsung mengejar dan menahan fotografer itu, dan yang satu lagi menghubungi sekretaris Im yang langsung menuju klub dan menyelesaikan masalah itu sampai beres…aku yakin pasti dia sudah memberi banyak uang untuk mengambil alih kamera itu. Ketika aku tadi meminta penjelasan, sekretaris Im menceritakan semuanya padaku, tapi dia tidak langsung memberikan kamera itu padaku…setelah kupaksa, barulah dia memberikannnya”
“Syukurlah…paling tidak hal ini tidak sampai ke media” Soo Yun mendesah lega. Melihat kelegaannya itu, Hyun Shik malah tersulut emosi,
“Bagaimana mungkin kau bisa mensyukuri hal itu, yeobo? Apa kau tahu, ketika sekretaris Im yang dibantu para bodyguardnya menyelesaikan masalahnya, putramu malah duduk di dalam mobil bersama perempuan itu? Dia duduk di sana, menunggu masalah beres, dan lalu dengan tenang pergi ke apartemen perempuan itu!”
“Tapi kan, yeobo…apa yang dilakukan Hyun Soo dan kekasihnya itu adalah hal yang…”
“Yang sudah biasa…itu kan yang ingin kau katakan tadi, yeobo?! Mungkin bagi sebagian orang itu adalah hal yang biasa…aku mungkin juga akan menganggap itu adalah hal yang biasa, bila yang melakukannya adalah orang lain. Tapi akan jadi tidak biasa bagiku, bila yang melakukan itu adalah putraku sendiri…akan jadi tidak biasa bagiku, bila putraku melakukan hal itu di area publik! Lagipula, sejak kapan perempuan itu jadi kekasihnya?! Setahuku dia tidak pernah mengenalkan satu orang wanitapun sebagai kekasihnya kepada kita…dia pasti hanya ingin bersenang-senang dengan wanita itu! Dan bila dia memang ingin bermesraan dengan perempuan itu, sebaiknya dia melakukannya di dalam klub saja…aku yakin dia punya ruangan khusus di dalam klub itu untuk kesenangannya sendiri…atau kalau dia tidak mau melakukannya di dalam klub, dia bisa membawa perempuan itu ke penthousenya! Di sana tidak akan ada yang melihat apa yang dilakukannya bersama perempuan itu!”
“Yeobo…!” pekik Soo Yun tertahan mendengar masalah kehidupan asmara pribadi putra tunggalnya tiba-tiba menjadi topik pembicaraan.
“Kenapa? Kau tidak suka? Selama ini aku sudah terlalu baik pada dia, yeobo. Aku biarkan dia keluar dari rumah untuk hidup mandiri di penthousenya, aku biarkan dia bersenang-senang dengan teman-temannya di klub malam yang menjadi langganan mereka, aku biarkan semua berita dan gossip tentang kegemarannya menggandeng wanita-wanita cantik ke pesta-pesta dan klub malam itu…aku biarkan semua itu, yeobo! Tapi aku tidak akan membiarkan dia melakukan hal yang tidak pantas dia lakukan di muka umum dengan wanita yang sama sekali bukan istrinya! Terlebih lagi dia sekarang adalah seorang CEO sebuah perusahaan yang dibangun dengan bersusah payah oleh ayahku…kakeknya sendiri, selama berpuluh tahun lamanya…tidakkah itu saja sudah lebih dari cukup untuk bisa membuatnya berusaha menjaga nama baiknya sendiri dan nama baik keluarga dan perusahaan di depan umum?”
Soo Yun tidak lagi bisa berkutik mendengar emosi suaminya yang kembali tersulut itu. Sementara Hyun Shik sepertinya semakin terpancing untuk mengeluarkan lebih banyak kata-kata di bawah emosinya yang meledak-ledak.
“Kau harus segera menelepon dia, yeobo! Katakan padanya kalau aku menunggu kedatangannya segera setelah dia pulang dari Singapore besok malam! Ada beberapa hal yang harus kupertegas dengan anak itu…ini semua demi masa depan keluarga dan perusahaan!”
Setelah mengatakan hal itu, Hyun Shik bangkit dan berlalu dari hadapan istrinya yang masih belum mampu mangatakan apapun juga, dia hanya berdo’a di dalam hati semoga apapun yang akan dikatakan oleh Hyun Shik pada putra mereka nanti, tidak akan mempengaruhi hubungan antara dua pria yang paling dia cintai di muka bumi ini.
_________
Lee Hyun Soo menghempaskan tubuh atletisnya di atas ranjang hotel yang empuk, dia sungguh mendambakan tidur sekarang, apalagi setelah semua urusan bisnis yang dikerjakan seharian bahkan semalaman, akhirnya berhasil ia selesaikan…untuk kemajuan perusahaan apapun akan dilakukan oleh Hyun Soo, termasuk menjalani banyak pertemuan bisnis hingga tengah malam, seperti sekarang ini.
Di luar dari reputasinya sebagai pria tampan penakluk hati wanita, Hyun Soo adalah seorang pria yang bertanggungjawab terhadap jabatan yang diberikan oleh ayahnya 2 tahun yang lalu itu. Kecerdasan otaknya dan intuisi bisnisnya yang cukup tajam membuatnya banyak disegani para pelaku bisnis yang lain, bahkan yang usianya lebih tua dari ayahnya sekalipun. Dan berkat kemampuan Hyun Soo menguasai beberapa bahasa asing, Tuan Lee senior banyak mempercayakan urusan bisnis yang harus dilakukan di luar Korea kepadanya, dan Hyun Soo tidak pernah sekalipun mengecewakan ayahnya bila itu berhubungan dengan kinerjanya di perusahaan…walaupun sebenarnya dalam hubungan pribadi antara ayah dan anak, mereka bisa dikatakan tidaklah terlalu akrab.
Sambil terus berbaring, Hyun Soo melihat jam tangan di pergelangan tangan kirinya, jam 1 tengah malam. Dengan segera Hyun Soo bangkit dari tempat tidur untuk menuju kamar mandi. Betapapun kedua matanya merasa sangat lelah dan ingin sekali terpejam, Hyun Soo selalu memutuskan untuk mandi terlebih dahulu. Dia ingin tidur dalam keadaan yang bersih dan segar.
Tak sampai 10 menit kemudian, Hyun Soo keluar dari kamar mandi. Tubuhnya yang tinggi atletis dibalut oleh jubah mandi, aroma segar yang keluar dari tubuhnya membuatnya semakin mengantuk dan ingin segera melompat ke alam mimpi. Hyun Soo memang lebih memilih untuk beristirahat di malam hari ketimbang pergi menikmati kehidupan malam di kota-kota dunia yang dikunjunginya, bila itu untuk keperluan bisnis…berbeda bila berada di Korea, atau bila dia pergi untuk kepentingan liburan.
Lagipula Hyun Soo lebih memilih menikmati kehidupan malamnya di Korea bersama para temannya, terutama sahabatnya sejak kecil, Jung Dae Kwan...atau bersama kekasihnya. Bibir Hyun Soo mengembangkan sebuah senyuman kecil ketika dia mengingat wanita yang belakangan ini dekat dengannya, Jessica. Bersama dengan Jessica, Hyun Soo bahkan menghabiskan malam penuh gairah sebelum keberangkatannya ke Singapore, di apartemen wanita itu. Hanya saja kencan indah mereka sempat terganggu akibat ulah seorang fotografer yang hampir saja menyulut kegaduhan…namun berkat tangan kanan ayahnya, Sekretaris Im, semua dapat teratasi dengan baik.
Hyun Soo mengambil sebuah piyama bersih di lemari pakaian dan baru saja akan memakainya, ketika telepon genggamnya bergetar dengan hebat di atas tempat tidur. Dengan sigap, Hyun Soo mengambil telepon itu dan ketika dia melihat nama peneleponnya, keningnya berkerut sedikit,
“Omma” bisiknya lirih, dan jantungnya berdegub lebih kencang saat dia mendekatkan telepon itu ke telinganya.
“Yoboseyo, omma? Ada apa?” tanya Hyun Soo khawatir.
“Tidak ada apa-apa, sayang. Omma hanya kangen padamu”
Hyun Soo tahu kalau ibunya sedang menyembunyikan sesuatu…pasti ada sesuatu yang membuatnya cemas, sehingga dia harus menghubungi Hyun Soo di tengah malam seperti ini.
“Omma, aku juga sangat merindukanmu. Tapi, ini sudah tengah malam, omma…bukankah omma seharusnya sudah tidur sekarang? Katakan omma, ada alasan apa omma menghubungiku tengah malam begini? Apakah ada sesuatu yang terjadi pada aboji?”
“Anyi…aboji-mu baik-baik saja…”
Hyun Soo menghela nafas lega saat ibunya berkata kalau ayahnya baik-baik saja…beberapa saat tadi dia sempat berpikir ada sesuatu yang menimpa ayahnya.
“Sebenarnya…Hyun Soo-a…ini ada hubungannya dengan ayahmu…dia memintamu untuk segera menemuinya sepulangmu dari Singapore”
“Baiklah, omma. Aku akan menemui aboji keesokan paginya di kantor”
“Hyun Soo-a…aboji-mu ingin membicarakan sesuatu denganmu di rumah, bukan di kantor…dan dia ingin menemuimu sesegera mungkin setelah kau mendarat di Seoul, nak”
Kening Hyun Soo berkerut lagi sedikit mendengar kata-kata ibunya itu, tapi dia tidak ingin membantahnya…dia hanya ingin ibunya beristirahat, begitu pula dengan dirinya.
“Baiklah, omma. Aku akan menemui aboji segera setelah aku tiba di Seoul. Nah, sekarang omma harus segera tidur karena ini sudah terlalu malam dan tidak baik bagi kesehatan omma”
“Arasso, Hyun Soo-a. Omma tahu kalau ini sudah terlalu larut untuk meneleponmu, hanya saja omma tidak bisa tidur sebelum omma bisa berbicara denganmu dan menyampaikan masalah ini. Berkali-kali omma mencoba untuk menghubungimu, tapi teleponmu tidak aktif…dan baru aktif beberapa menit yang lalu”
“Miane, omma. Aku memang sengaja tidak mengaktifkan teleponku karena aku sedang sibuk”
“Sudahlah, yang penting omma bisa menghubungimu dan menyampaikan masalah ini padamu. Istirahatlah sekarang, omma sayang padamu”
“Aku juga sayang padamu, omma. Omma juga harus istirahat sekarang”
“Arasso, putraku yang tampan. Omma tutup dulu, ya”
“Ya, omma”
Hyun Soo memandangi telepon genggamnya dengan sedikit penasaran. Apa yang akan disampaikan ayahnya nanti?
Apapun itu, Hyun Soo yakin itu adalah masalah yang cukup penting bagi ayahnya…dan dia tahu kalau dia wajib menemui ayahnya untuk membicarakan hal itu. Selama ini hubungannya dengan ayahnya memang tidak sedekat hubungannya dengan ibunya, namun ayahnya dan dirinya tidak pernah sekalipun berselisih paham, sehingga Hyun Soo yakin pembicaraan dengan ayahnya nanti, akan bisa dilaluinya dengan baik.
Dengan pemikiran itu, Hyun Soo merangkak naik ke tempat tidur besar yang sudah menjanjikan tidur malam yang nyaman baginya, dan untuk sementara urusan yang berhubungan dengan Tuan Lee Hyun Shik bisa menunggu sampai akhirnya mereka berdua bertemu dan berbicara…bagi Hyun Soo yang paling penting dan yang paling diinginkannya sekarang adalah TIDUR.
segitu dulu,ya
nah, akhirnya ff ini dluncurkn jg...ceritanya mmng gak jauh beda dgn ff yg lain,tp setiap cerita kn punya 'nyawa' yg berbeda,demikian jg ff ini
terima kasih buat dukungan teman2 semua hingga akhirnya chap 1 bs d update mlm ini...mohon masukan,bimbingan & kritikannya klo perlu, biar saya bisa lbh termotivasi...saya tunggu ya
HWAITING